Implementasi Pendidikan Karakter dimasa pandemi Covid 19

     Masa pandemi Covid-19 adalah tantangan bagi seluruh dunia termasuk Indonesia. Banyak hal yang terkena dampak pandemik tidak terkecuali dunia pendidikan. Kondisi perubahan pola pendidikan dari tradisional menuju online secara masif akan memengaruhi kondisi psikologis anak. Kondisi tersebut juga akan berdampak pada pendidikan karakter peserta didik. Karakter adalah gambaran deskripsi visual manusia secara menyeluruh yang membuat unik dengan individu lain. Dapat diartikan bahwa karakter merupakan wujud dari keseluruhan pikiran, perasaan dan perilaku yang dimiliki oleh manusia. Keseimbangan antara ketiga komponen tersebut akan menciptakan suatu bentuk karakter yang ideal. Sehingga pemerintah perlu melakukan beragam kebijakan untuk menerapkan pendidikan karakter saat musim pandemic COVID-19.

     Tujuan dalam kajian ini adalah untuk mendiskripsikan upaya penerapan pendidikan karakter di musim pandemic COVID-19. Metode yang digunakan adalah kajian pustaka. Hasil penelitian mendeskripsikan ide-pengembangan karakter sesuai nilai-nilai karakter Founding Fathers Indonesia (FFI) dan langkah kebijakan yang dapat diterapkan oleh pemerintah dalam mengimplementasikan pembelajaran online bermuatan pendidikan karakter di musim COVID-19  meliputi:

v  Desain Kursus (course design)

v  Motivasi Pembelajar (learner motivation)

v  Manajemen Waktu (time management)

    Anwar Makarim menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Terkait belajar dari rumah. Mendikbud menekankan bahwa pembelajaran dalam jaringan (daring)/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan. Mendikbud mengajurkan bagi daerah yang sudah melakukan belajar dari rumah agar dipastikan guru juga mengajar dari rumah untuk menjaga keamanan para guru.

    Mendikbud dalam isi Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 itu juga menyatakan bahwa pembelajaran daring/jarak jauh difokuskan pada peningkatan pemahaman siswa mengenai virus korona dan wabah Covid-19. Adapun aktivitas dan tugas pembelajaran dapat bervariasi antar siswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk dalam hal kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah. Bukti atau produk aktivitas belajar diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif. Walaupun banyak sekolah menerapkan belajar dari rumah, bukan berarti guru hanya memberikan pekerjaan saja kepada peserta didik, tetapi juga ikut berinteraksi dan berkomunikasi membantu peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugas mereka. Guru tetap perlu berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswanya meskipun tidak dari dalam ruang kelas.

    Sampai hari ini ruang kelas masih dipandang sebagai pendidikan yang sesungguhnya oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Masyarakat masih memandang bahwa ruang kelas adalah sekolah yang sesungguhnya  dan kelas online itu less effective. Masyarakat belum menganggap kelas online dapat membantu dalam pendidikan anak meskipun, saat ini telah banyak bermunculan start-up yang bergerak dalam bidang pendidikan online. Kita menganggap bahwa penutupan ruang kelas berdampak terhadap guru, siswa, dan orang tua di mana pun. Jika sebelumnya ada banyak sekali sekolah yang sudah menggunakan teknologi dalam pembelajaran, maka dalam kondisi yang tidak biasa ini, semua sekolah di Indonesia dipaksa untuk menerapkan teknologi dalam proses belajar mengajar. Padahal teknologi tidak sepenuhnya dapat membantu proses belajar dari jarak jauh menjadi lebih mudah untuk diterapkan. Ada banyak kendala yang dihadapi oleh siswa dalam menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran jarak jauh, khususnya untuk para siswa dan guru yang tinggal di daerah – daerah terpencil, mereka yang tinggal di pedalaman, ditambah lagi dengan kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan orang tua peserta didik untuk memiliki HP smartphone dan harus membeli kuota internet guna mengakses internet setiap hari. Mengesampingkan keterbatasan di atas, artikel ini ingin menyampaikan bahwa ada kendala yang tidak dapat dijangkau oleh teknologi yang lebih dari itu semua, bahwa teknologi tidak dapat menyentuh salah satu inti dari pendidikan, yaitu pendidikan karakter. Ketika  pendidikan harus menerapkan pembalajaran jarak jauh, ketika siswa harus belajar dari rumah, ketika guru harus mengajar dari rumah, maka siapa yang bertanggung jawab terhadap pendidikan karakter siswa?

    Salah satu ajaran yang terkenal dari sang bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara adalah “ Setiap orang menjadi guru setiap rumah menjadi sekolah.” Mengintegrasikan ajaran beliau dengan  tujuan kurikulum 2013, maka setidaknya kita dapat mengambil dua pelajaran.

1.  setiap anggota keluarga yang lebih dewasa harus dapat mengajarkan sikap spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan

2.  bahwa setiap rumah hendaknya menjadi tempat bagi setiap anggota keluarga, khususnya anak – anak, untuk bisa memperoleh sikap spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan untuk kehidupan yang penuh makna di masa depan. Sikap spiritual dan sosial inilah yang akan membentuk karakter peserta didik.

  Al Quran sendiri banyak menjelaskan tentang pendidikan Islam seperti di surat Al Lukman ayat 13 yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.

    Pada ayat di atas, dijelaskan bahwa pendidikan yang paling ditekankan adalah pendidikan karakter yang dilakukan orang tua dari rumah, karena pendidikan dari orang tua merupakan pendidikan yang paling pertama  didapatkan oleh seorang anak sebelum mendapatkan pendidikan dari luar seperti sekolah atau madrasah. Dan ayat tersebut menjelaskan kepada kita bahwa orang tua sebagai orang dewasa yang ada di rumah dan sebagai guru pertamanya peserta didik, harus melarang kita untuk berbuat yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Disamping itu pada ayat selanjutnya      Secara terang-terangan menjelaskan kepada kita tentang prinsip-prinsip dasar dari materi pendidikan karakter yang sangat kuat yang terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan yang nantinya akan membentuk karakter seorang anak untuk menjadi bekal bagi anak tersebut.(Sulasmi,S.Pd)



Posting Komentar untuk "Implementasi Pendidikan Karakter dimasa pandemi Covid 19"